Posted in Bahasa

Jajanan yang akan Kurindukan

Semakin dekat dengan hari keberangkatanku ke Belanda, rasanya aku semakin melankolis mengenang Indonesia. Ternyata banyak hal yang akan aku rindukan dari negeri tempatku dilahirkan ini. Yang paling ngangenin mungkin jajanan/makanan kesukaanku, antara lain:

1. Onde-onde

Berjalan kaki menyusuri Malioboro di sore hari sering jadi ritualku untuk merilekskan diri …. Di ujung jalan, Pasar Beringharjo terlihat mulai tutup, digantikan gerobak-gerobak penjual makanan kecil/jajanan. Yang paling aku suka adalah onde-onde, kue bulat berisi kacang hijau dengan kulit tepung beras ketan yang ditaburi wijen. Nyammiii …. Biasanya aku beli 3 butir untuk menemani perjalanan, dimakan pelan-pelan, atau ditawarkan pada teman jalan. Enak sekali, onde-onde dimakan selagi hangat. Belilah di kedai yang terletak di tengah, karena paling enak. Jangan beli di kedai sebelah kiri, kurang enak.

2.Tahu bulat

Entah kenapa aku suka sekali makan tahu bulat. Rasanya enak sekali dan ringan. Sepertinya aku bisa menghabiskan satu gerobak. Tahu bulat sudah enak tanpa cabai rawit, tetapi lebih enak dengan cabai rawit. Tergantung selera lah …. Lapangan Sabuga (Sasana Budaya Ganesa) adalah tempat pertama kali aku makan tahu bulat. Saat itu sore menjelang malam, matahari mulai terbenam di kejauhan. Aku duduk bersama sahabatku sejak SMP dan suaminya di pinggir lapangan lari. Kami menikmati tahu bulat, satu potong, dua potong, rasanya tak mau berhenti. Suasana olahraga sungguh menambah kenikmatan makan. Di sekitar kami, semua orang berkeringat, ada pula yang masih terus berlari. Sedangkan kami, hanya mengalami sedikit tekanan-tekanan enak di kaki setelah mencoba berjalan di atas batu-batu pemijatan yang konon berkhasiat untuk menyembuhkan segala penyakit.

3. Bubur kampiun

Bubur kampiun ini jajanan favoritku di sore hari, karena ada yang jual di dekat rumah. Jenang mutiara, sumsum, ketan hitam, candil, dibalur kuah gula jawa …. Perpaduan yang manis dan menentramkan. Rasanya berlapis-lapis, bubur ini seperti menolak untuk dipenjara dalam satu rasa yang baku. Ada jenang mutiara yang dingin, bubur sumsum yang gurih, ketan hitam yang sedikit asam-asam gimana gitu, kuah gula jawa yang manis, keharuman daun pandan nan mewangi, dan sebagainya. Semua teraduk menjadi satu dengan aroma yang hangat dan menenangkan. Kita tak bisa menebak rasa apa yang akan muncul berikutnya, sehingga menyantap bubur ini terasa seperti memberikan bingkisan kecil penuh kejutan pada lidah kita.

4. Gorengan

Sebenarnya aku tak terlalu suka gorengan. Sebab, setelah makan gorengan biasanya tenggorokanku terasa seperti tercekik, gitu. Tetapi, beberapa hari sebelum berangkat ke Belanda, aku nekat makan gorengan sepuasku. Mulai dari pisang goreng, singkong goreng, tahu goreng (kosong dan isi), tempe goreng, bakwan …. Citarasa gurih gorengan plus dua cabai rawit sekali makan, menimbulkan sensasi yang … hwaahh … ujung bibir sampai kepala serasa panas, semriwing, puassss! Belum hilang rasa pedih dan pedas, teh tawar panas siap menyusul untuk semakin membakar lidah. Keringat mulai muncul di kulit kepala dan dahi. Ingus dan air mata mengucur setetes demi setetes, tapi tenang saja … itu air mata bahagia!

5. Buah-buahan tropis

Beberapa hari yang lalu, keluargaku pesta durian plus nasi ketan …. Duriannya manis dan lembuuuttt sekali, minta ampun dah enaknya! Kami makan sampai merem melek, enak dan lembutnyaaaa bikin lidah bergoyang, memainkan melodi yang tersembunyi di dalam mulut …. Selain durian, sepertinya aku akan merindukan buah tropis lain, seperti manggis, mangga, rambutan, duku, kelengkeng, srikaya, es kelapa muda, dan lain sebagainya. Negeri Indonesia sungguh memanjakan selera dengan berbagai varian buah tropis yang segar dan sedap! Muach … Yummy!

Aku akan memamerkan macam-macam jajanan ini pada orang Belanda yang katrok-katrok dan belum pernah memakannya, hehehe 😛

NB: oiya, satu lagi: martabak mesir 😉